Kamis, 19 Juli 2012

Awal Ramadhan dan awal Syawal 1433 H


Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia. Walaupun dalam kalendar tersebut awal Ramadlan 1433 H bertepatan dengan tanggal 21 Juli 2012 dan awal Syawal bertepatan dengan 19 Agustus 2012, secara resmi keputusan penetapan awal bulan Ramadlan 1433 H dan awal Syawal 1433 H akan dilakukan dalam sidang itsbat. Secara formal untuk keperluan ibadah umat Islam awal Ramadlan dan awal Syawal di Indonesia ditentukan atau ditetapkan dengan metode hisab dan rukyat, dalam sidang itsbat yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama. Proses penetapan awal bulan Ramadlan dan awal Syawal dalam sidang itsbat tersebut mempertimbangkan hasil hisab dan hasil rukyat umat Islam yang dikoordinasi atau diselenggarakan oleh Kementrian Agama, ormas Islam maupun komponen masyarakat Islam lainnya.

Pengamatan hilal awal Sya’ban 1433 H menunjukkan bahwa hilal dapat diamati dengan bantuan teleskop, hilal di pondok Bali, Subang – Jawa Barat misalnya tim pengamat hilal terdiri dari mahasiswa/mahasiswi Prodi Astronomi dan alumni Prodi Astronomi dipimpin oleh Dr. Mahasenaputra dan Dr. Dhani Herdiwijaya berhasil mengabadikan hilal tipis (fraksi illuminasi sekitar 0.7%) pertanda awal Bulan Sya’ban 1433 H. Hilal tersebut dipotret setelah maghrib melalui teleskop dan direkam dengan video pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2012, yang berarti tanggal 1 Sya’ban 1433 H mulai 20 Juni 2012 setelah maghrib dan dalam kalendar Taqwim Standar bertepatan dengan tanggal 21 Juni 2012. Hasil pengamatan hilal ini memperkuat jadual sidang itsbat penetapan 1 Ramadlan 1433 H insyaallah akan jatuh pada tanggal 29 Sya’ban 1433 H atau bertepatan dengan hari Selasa tanggal 19 Juli 2012.

Penetapan awal bulan Syawal 1433 H seperti proses yang akan dilakukan dalam sidang itsbat awal Ramadlan 1433 H, yang insyaallah pada tanggal 29 Ramadhan 1433 H atau dalam kalendar taqwim standart bertepatan dengan tanggal 18 Agustus 2012, sehari setelah perayaan hari Kemerdekaan RI. Sidang itsbat tersebut dipimpin oleh Menteri Agama RI, selain mengakomodasi hasil perhitungan atau hisab awal Ramadlan maupun awal Syawal 1433 H juga mengakomodasi hasil rukyat dari berbagai daerah di wilayah Indonesia pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012 dan hari Sabtu 18 Agustus 2012. Sidang itsbat yang dihadiri oleh wakil ormas maupun ilmuwan dari berbagi institusi di Indonesia berfungsi untuk acuan pemersatu dalam mengawali dan mengakhiri shaum Ramadlan bagi umat Islam di Indonesia.

Wilayah Indonesia yang relatif luas mengakibatkan masyarakat di wilayah Indonesia Timur akan menunggu informasi dengan jedah waktu lebih lama dari waktu maghrib maupun Isya. Selang waktu menunggu hasil rukyat tidak terpengaruh oleh tiga zona waktu, atau satu zona waktu karena ditentukan oleh kedudukan riil Matahari di masing – masing lokasi pengamatan hilal. 
Secara umum sidang itsbat di Jakarta dimulai dengan berbagai informasi seputar hisab-rukyat dan visibilitas hilal sebelum maghrib, dilanjutkan dengan shalat  maghrib di wilayah Indonesia Barat, dan kemudian santap malam secukupnya, dilanjutkan dengan sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama didampingi oleh Ketua MUI.  Keberhasilan pengamatan hilal di wilayah Indonesia Timur akan membantu mempercepat proses keputusan sidang itsbat, walaupun hasil pengamatan hilal di Aceh ujung wilayah Indonesia Barat juga dipergunakan sebagai pandangan umum rukyatul hilal di wilayah Indonesia.

Posisi Bulan dan Matahari

Secara astronomis posisi Bulan dan Matahari dapat dihitung lebih awal, misalnya posisi Bulan dan Matahari dapat ditentukan untuk keperluan penetapan awal Ramadlan dan Syawal 1433 H. Untuk estimasi awal dan akhir Ramadlan 1433 H secara berurutan perlu diketahui beberapa hirarchi atau urutan peristiwa astronomis, Pertama: Visibilitas Hilal di dahului dengan ijtimak atau konjungsi Bulan pada akhir Sya’ban 1433 H dan Ramadlan 1433 H. Kedua: Estimasi Visibilitas Hilal melalui perhitungan data posisi Bulan saat Matahari terbenam di Pelabuhan Ratu (Ref: muker 2010 : BT 106 33 27.8” atau 106.5577222 dan LS  7 01 44.6” atau 7.029055556, tinggi tempat: 52.685 m) atau lokasi lainnya di wilayah Indonesia,  dengan beberapa metode perhitungan dan peta global visibilitas Hilal. Ketiga: Menganalisa hasil perhitungan tersebut apakah kedudukan Bulan saat Matahari terbenam sudah cukup memenuhi kriteria visibilitas hilal atau kriteria kesepakatan “penetapan awal Bulan” peserta sidang itsbat.

Awal Ramadlan 1433 H

Hilal awal Ramadlan 1433 H adalah Lunasi: (Islamic Lunation Number) ILn 17193 berarti kalendar dalam alam, Hilal awal Ramadlan 1433 H, Bulan telah berputar 17193 kali sejak awal tahun Hijriah dan Nomor Variant : ILVn 38 dari 235 varian Metonik (siklus penampakan fasa bulan yang sama pada tanggal yang sama dalam kalendar Syamsiah, atau dikenal siklus Metonik, siklus 19 tahun Syamsiah yang bersesuaian dengan 235 kali siklus sinodis Bulan). Ijtimak atau konjungsi akhir Sya’ban 1433 H bertepatan dengan (kalendar Syamsiah) hari Kamis, tanggal 19 Juli 2012 jam 11:25 wib.

Di seluruh wilayah Indonesia  tinggi Bulan saat Matahari terbenam masih kurang dari 2 derajat.  Di Pelabuhan Ratu pada tanggal 19 Juli 2012: Matahari terbenam pada jam 17:52 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:00 wib. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 19 Juli 2012  (jam 17:52 wib) adalah +1°20’. Fraksi Illuminasi Bulan masih kurang 1%, secara umum masih 0.22%.
Pada keesokan hari di Pelabuhan Ratu pada tanggal 20 Juli 2012: Matahari terbenam pada jam 17:52 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:51 wib. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 20 Juli 2012  (jam 17:52 wib) adalah +13°11’. Fraksi Illuminasi sabit Bulan mencapai 2%.
Kondisi posisi Bulan  saat Matahari terbenam tanggal 19 Juli 2012 belum memenuhi kriteria visibilitas hilal, jadi hilal baru visible pada tanggal 20 Juli 2012.  Menurut kriteria kesepakatan “kebanyakan ormas Islam” (tinggi minimal 2 derajat jarak Bulan Matahari 3 derajat dan umur Bulan 8 jam) dan visibilitas hilal, hilal penentu awal Bulan Ramadlan 1433 H baru visibel pada tanggal 20 Juli 2012 setelah Matahari terbenam, jadi kemungkinan besar awal bulan Ramadlan 1433 H mulai 20 Juli 2012 setelah maghrib dan tarawih pertama Ramadlan 1433 H mulai 20 Juli 2012 dan shaum pertama pada tanggal 21 Juli 2012.

Sebagian umat Islam di Indonesia ada kemungkinan menyelenggarakan shaum Ramadhan 1433 H lebih awal dikarenakan menggunakan pemahaman lain, ketinggian Bulan saat Matahari terbenam di Indonesia pada tanggal 19 Juli 2012 telah dianggap cukup untuk memastikan awal Ramadlan 1433H.
Untuk kepastian awal Ramadlan 1433 H dapat disimak pada acara sidang itsbat yang insyaallah akan diselenggarakan pada 29 Sya’ban 1433 H atau tanggal 19 Juli 2012.

Awal Syawal 1433 H

Hilal awal Syawal  1433 H adalah Lunasi: ILn 17194 dan Nomor Variant : ILVn 39. Ijtimak atau konjungsi akhir Ramadlan 1433 H bertepatan dengan (kalendar Syamsiah) hari Jum’at  tanggal 17 Agustus 2012 jam 22:56 wib.

Di Pelabuhan Ratu pada tanggal 17 Agustus 2012: Matahari terbenam pada jam 17:54 wib dan Bulan terbenam pada jam 17:34 wib. Bulan terbenam lebih dulu baru disusul terbenam Matahari. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 17 Agustus 2012  (jam 17:54 wib) adalah – 5°15’. Karena saat Matahari terbenam belum terjadi ijtimak atau konjungsi (yang akan berlangsung pada jam 22:56 wib) maka fraksi Illuminasi sabit Bulan Tua kurang dari 1%. 

Keesokan harinya di Pelabuhan Ratu pada tanggal 18 Agustus 2012: Matahari terbenam pada jam 17:54 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:25 wib. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 18 Agustus 2012  (jam 17:54 wib) adalah + 6°54’. Fraksi Illuminasi sabit Bulan Muda mencapai sekitar 1%  (0.95%), usia sabit Bulan mencapai 18 jam 58 menit.

Menurut kriteria kesepakatan dan visibilitas hilal, hilal penentu awal Bulan Syawal 1433 H baru visibel pada tanggal 18 Agustus 2012 setelah Matahari terbenam. Jadi awal bulan Syawal 1433 H mulai 18 Agustus 2012 setelah maghrib dan tarawih berakhir 18 Agustus 2012 dan shalat Ied 1433 H pada tanggal 19 Agustus 2012. Jadi Ramadlan 1433H insyaallah terdiri dari 29 hari.
Untuk kepastian awal Syawal 1433 H dapat disimak pada acara sidang itsbat yang insyaallah akan diselenggarakan pada 29 Ramadlan 1433 H atau tanggal 18 Agustus 2012. (Ijtimak yang berlangsung pada tanggal 17 Agustus 2012 jam 22:56 wib bertepatan dengan 29 Ramadlan 1433 H). Sidang itsbat 18 Agustus 2012 untuk memastikan apakah dengan metoda Hisab dan Rukyat Ramadlan 1433 H terdiri dari 29 hari atau 30 hari?

Menurut informasi dari delegasi Negara – Negara yang ikut dalam Musyawarah Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam MABIMS di Bali 27 – 29 Juni 2012,  kemungkinan besar muslim di Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia akan memulai Ramadlan 1433 H,  21 Juli 2012 dan awal Syawal 1433 H, 19 Agustus 2012.
 
Visibilitas Hilal sebagai acuan penetapan awal bulan Islam 

Adanya “dualisme” penetapan awal Ramadlan dan Syawal, antara “criteria kesepakatan awal bulan Islam” dan “visibilitas hilal” perlu usaha mempersempit jarak pemisah tersebut yaitu memperbaiki criteria kesepakatan awal bulan Islam  dan  memperbanyak lokasi pengamatan hilal yang andal.

Kegiatan merukyat hilal pada waktu menjelang awal dan akhir Ramadlan, menarik perhatian umat Islam di Indonesia. Hasil rukyat dilaporkan di bawah sumpah dari Peradilan Agama (Depatermen Kehakiman). Perukyat dapat dari tim ormas, tim Kementerian Agama, tim BMKG, LAPAN, tim Kementerian Kominfo dan Observatorium Bosscha, FMIPA Institut Teknologi Bandung melakukan rukyat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik wilayah Indonesia Barat, Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.

Semangat penyatuan penanggalan Islam ada dalam pimpinan ormas, walaupun masih sulit dalam mengimplementasikan langkah – langkah menuju penyatuan kalendar Islam, perjalanan menuju penyatuan kalendar Islam tetap berjalan. Menyepakati kriteria visibilitas hilal, mengevaluasi kesepakatan dan menyempurnakan kriteria “awal Bulan Islam”; serta mengkaji dan memilih model kalendar Islam Indonesia, Regional maupun Internasional merupakan agenda penting umat Islam di Indonesia.

Proses penyatuan yang diusulkan dari masyarakat/berbagai ormas Islam dan pemerintah diharapkan akan mempunyai fondasi yang lebih kokoh, Kementrian Agama sangat diharapkan tetap dapat memfasilitasi perjalanan penyatuan kalendar Islam di Indonesia,  regional maupun Internasional, mengingat Indonesia merupakan negara dengan umat Islam terbesar di dunia. Kajian mendalam dari perspektif sains dan syariah tentang kriteria dan model kalendar Islam Indonesia, yang bertujuan menyempurnakan model kalendar Taqwim Standar masih terbuka. Keandalan sistem rukyat nasional juga perlu dikembangkan dan disempurnakan, begitupula  struktur dan keanggotaan Badan Hisab Rukyat Nasional maupun daerah.

Dengan semangat persatuan dan kesatuan mari kita sambut bulan suci Ramadlan 1433 H, bulan yang penuh berkah, bulan ibadah bagi umat Islam untuk membangun kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akherat.
 
Moedji Raharto
Kelompok Keahlian Astronomi, Peneliti di Observatorium Bosscha dan Pengajar di prodi Astronomi FMIPA ITB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar