Setelah
pembangkit listrik Jodhipati buatan Djoko Suprapto, kini giliran
pembangkit listrik tenaga gravitasi yang kini mulai membuat heboh.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, bahkan
memastikan akan membantu pengurusan paten penemuan energi listrik tenaga
gravitasi oleh Djoko Pasiro (40) warga Kampung Pongkoran, Kelurahan
Gladak Anyar, Kecamatan Kota, Pamekasan itu.
"Kami
akan membantu mengurus semua kelengkapan administrasinya untuk
mendapatkan hak paten atas temuan Pak Djoko ini," kata Staf Ahli Bidang
Kemasyarakatan dan Sumberdaya Manusia Pemkab, Drs. Abd Razak Bahman,
Selasa (3/2).
Bahkan, kata mantan Kabag Kesra itu,
Pemkab juga akan menyediakan dana khusus dari APBD. Sebab penemuan
energi listrik tenaga gravitasi Djoko Pasiro tersebut juga merupakan
aset bagi pemerintah daerah dan warga Madura pada umumnya.
"Kalau
dimanfaatkan secara optimal dengan modal yang cukup, saya yakin di
Madura, khususnya di Pamekasan tidak akan pernah kekurangan energi
listrik," katanya.
Dalam penemuannya, Djoko
mengandalkan gravitasi bumi untuk menghasilkan energi listrik. Energi
listrik tersebut murni berasal dari kekuatan alam dan tidak ada bahan
bakar minyak (BBM) yang digunakan untuk menggerakkan mekanik penarik
dinamo generator.
Menurut Abd Razak Bahman, temuan
Djoko Pasiro tersebut, memang murni merupakan temuan teknologi canggih,
bukan rekayasa sebagaimana pernah terjadi di daerah lain. Hal itu
setelah Pemkab dan Bupati Pamekasan meninjau langsung ke rumah Djoko
Pasiro, Senin (2/2).
"Dari hasil kunjungan itulah
bupati lalu memerintahkan kami untuk menguruskan hak paten hasil
kekayaan intelektual Pak Siro ini. Sekaligus dengan dananya. Sebab dia
sendiri merasa kesulitan untuk mengurusnya," katanya.
Temuan
energi listrik tenaga gravitasi yang spektakuler warga Kelurahan Gladak
Anyar itu, kini sudah dimanfaatkan penerangan kebutuhan listrik di
rumahnya dan tetangga sekitar Djoko Pasiro di Kampung Patemun. Terkait
penemuannya itu, Djoko menyatakan kesiapannya diuji secara ilmiah.
Bahkan
warga yang kesehariannya bekerja sebagai tukang servis elektronik itu
juga mengaku pernah mempresentasikan penemuannya itu di Yogyakarta di
sebuah lembaga penelitian teknologi. Bahkan ketika itu temuan Djoko
tersebut sudah ditawar Rp5 miliar, tapi lulusan Sekolah Teknik Mesin
(STM) Pamekasan itu menolak dengan alasan ingin mengembangkannya di
Madura.
"Dengan uang sejumlah itu saya bisa
membeli rumah baru dan fasilitas lainnya, tapi saya tetap merasa rugi.
Sebab saya seolah tidak punya temuan, karena menjadi milik orang lain,"
terangnya.
Menurut Djoko Pasiro, temuan itu
merupakan hasil penelitian yang ia lakukan selama puluhan tahun, sejak
belajar di bangku sekolah.
"Saya bersedia
menjelaskan secara ilmiah dan mempraktekkan ke publik nantinya apabila
temuan saya sudah memiliki hak cipta," katanya menjelaskan.
Selain akan menguruskan hak patennya, Pemkab juga berjanji akan membantu Djoko untuk mencarikan investor nantinya.
"Kami
berharap, kalaupun nanti sudah ada investor setelah ada hak paten,
pengembangan lebih lanjut tetap di Pamekasan. Sehingga, kalau harus
diproduksi masal, pabriknya harus di sini," kata Bupati Pamekasan
Kholilurrahman.
Menurut Djoko Pasiro, pihaknya
sudah menyiapkan tujuh tipe dari temuannya itu dan semuanya sudah
dihitung secara ilmiah. Masing-masing tipe menunjukkan besarnya watt
yang akan dihasilkan. Yakni antara 2.500 watt untuk hingga ribuan
megawatt dengan biaya sekitar Rp 15 juta hingga ratusan juta rupiah
bergantung pada tipe masing-masing.
"Kalau tipe
yang menghasilkan 2.500 watt seperti yang sudah saya coba itu hanya Rp15
juta. Tapi kalo hingga tipe yang ribuan megawatt tentunya kisaran
ratusan juta," terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar