Tujuan Pendidikan Menurut Driyarkara pada hakekatnya adalah pemanusiaan manusia muda. Tujuan ini tidaklah semata-mata mengarahkan pendidikan untuk mencetak wujud manusia yang hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) atau memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi semata. Tetapi harus diimbangi oleh penguasaan dan kemampuan mengamalkan nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam memperkembangkan manusia muda dalam lapangan pengertian menurut Driyarkara harus sesuai dengan kodrat manusia. Karena bagi Driyarkara, pendidikan merupakan kegiatan sadar untuk memanusiakan manusia muda, yang dia sebut sebagai hominisasi dan humanisasi. Berhadapan dengan situasi global yang membawa serta kapitalisme dan juga kecenderungan industrialisasi pendidikan, Pemikiran Driyarkara mengenai pendidikan kiranya relevan. Driyarkara menegaskan suatu pendidikan humanis, dimana pendidikan mesti diarahkan pada kodrat rohani manusia. Jadi, pembentukkan manusia yang berkeahlian saja tidak cukup, melainkan pemanusiaan manusia secara utuh.
Pragmatisme dalam dunia pendidikan formal sebagai suatu konsekuensi dari industrialisasi pendidikan kiranya dapat mengurangi makna fundamental pendidikan. Sebagaimana dikatakan Driyarkara, “Pandangan pragmatis adalah pandangan yang hanya mengingat guna yang langsung dan konkret dari sesuatu… Pandangan yang pragmatis itu membawa bahaya kesempitan… Pendidikan (pengajaran) adalah untuk mengatasi soal itu….memang, sudut pragmatis itu harus ada, tetapi hanya sebagai sudut. Jadi, jangan dijadikan sesuatu yang eksklusif (satu-satunya), jangan dijadikan inti sarinya.
Sebetulnya, sudut pragmatis itu sudah dengan sendirinya termuat dalam konstruksi pengajaran yang baik. Karena sudut pragmatis itu sudah dengan sendririnya termuat dalam sistem pengajaran yang baik, dan karena jika ditonjolkan dan dilebih-lebihkan membawa bahaya, maka dalil kami menganjurkan janganlah pandangan itu diutamakan.”
Bagi Driyarkara, pendidikan yang keliru tersebut hanya mengejar gambaran manusia yang cakap untuk bekerja dan mendapatkan uang. Orientasi nilai pasar menjadi tujuan bukanlah gambaran manusia yang sebenarnya. Pendidikan menjadi komoditi ekonomis. Padahal bagi Driyarkara, dalam memperkembangkan manusia muda dalam lapangan pengertian harus sesuai dengan kodrat manusia. Jadi jelaslah pemanusiaan manusia muda adalah jiwa pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar