Radioaktifitas ternyata terjadi karena adanya ketidakstabilan inti. Radioaktifitas sendiri merupakan peristiwa pemancaran radiasi partikel atau energi secara spontan. Partikel yang dipancarkan oleh oleh zat radioaktif dapat berupa partikel alfa, netron, beta, beta positif ataupun gama . Jenis partikel apa yang dipancarkan oleh suatu inti radioaktif dapat diperkirakan berdasarkan komposisi netron-proton (n/p) dalam inti. Hal ini dapat dipahami dengan baik dengan mencermati peta radioisotop berikut ini.
Daerah berwarna yang berbentuk pita tersebut berisi data n/p dari inti-inti yang stabil, sehingga dinamai dengan pita kestabilan. Inti-inti pada daerah tersebut memiliki harga n/p antara 1 (untuk inti-inti ringan) sampai dengan 1,5 (untuk inti-inti besar).
Daerah di atas pita kestabilan adalah daerah dengan harga n/p > 1. Inti-inti yang berada pada daerah ini bersifat tidak stabil karena kelebihan jumlah netron. Inti-inti jenis ini akan berusaha mencapai pita kestabilan dengan cara merubah kelebihan netron menjadi proton, yaitu dengan memancarkan radiasi beta (elektron).
Daerah di bawah pita kestabilan adalah daerah dengan harga n/p < 1. Inti-inti yang berada pada daerah ini bersifat tidak stabil karena kelebihan jumlah proton. Inti-inti jenis ini akan berusaha mencapai pita kestabilan dengan cara merubah kelebihan proton menjadi netron, yaitu dengan memancarkan radiasi beta positif (elektron bermuatan positif) atau dengan cara menangkap elektron dari kulit paling dalam dengan disertai pemancaran sinar-X.
Bagaimana dengan inti-inti yang berada di luar daerah kestabilan (inti-inti berat, Z>83)? Inti-inti jenis ini akan mencapai pita kestabilan dengan cara mengurangi bobotnya, yaitu dengan jalan pemancaran partikel alfa.
Apabila sekali melepaskan partikel alfa belum cukup, maka akan dilakukan pemancaran lagi dan lagi sampai diperoleh inti yang stabil. Serangkaian peluruhan yang terjadi disebut sebagi deret radioaktif atau derer peluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar